
jalan pegunungan memiliki tantangan tersendiri, salah satunya adalah risiko blind spot atau titik buta.
Kondisi ini membuat pengemudi sulit melihat kendaraan lain yang datang dari arah berlawanan, terutama saat melintasi tikungan tajam atau jalanan sempit.
Menurut Marcell Kurniawan, Training Director Real Driving Centre (RDC), blind spot di jalan pegunungan biasanya terjadi karena posisi jalan yang berliku-liku, sering kali disertai tebing atau jurang di salah satu sisi.
Selain itu, vegetasi lebat dan kontur tanah yang tidak rata turut memperparah risiko blind spot.
“Blind spot paling sering terjadi saat memasuki tikungan tajam atau jalan yang menanjak dan menurun. Pengemudi harus selalu waspada dan memperhatikan rambu-rambu serta menggunakan klakson sebagai sinyal peringatan,” kata Marcell kepada Kompas.com, Kamis (12/6/2025).
Marcell menyarankan agar untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat blind spot, pengemudi sebaiknya mengatur kecepatan dengan tepat, terutama ketika akan melintasi tikungan.

Selain itu, penting juga untuk menjaga posisi kendaraan tetap di jalur kiri dan tidak mengambil jalur lawan arah meskipun jalan terlihat kosong.
“Jika diperlukan, bunyikan klakson pendek sebelum memasuki tikungan untuk memberi tahu kendaraan dari arah berlawanan. Ini merupakan etika mengemudi yang umum dilakukan di daerah pegunungan,” ujar Marcell.
Tak hanya itu, Marcell juga mengingatkan agar pengemudi memanfaatkan kaca spion dengan optimal dan selalu fokus saat berkendara, terutama di jalur yang belum pernah dilewati sebelumnya.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan risiko kecelakaan akibat blind spot di jalan pegunungan dapat diminimalkan, sehingga perjalanan tetap aman dan nyaman.